Friday, March 13, 2015

Opportunity Cost

Salut, bloggers! TGIF yeay!! Karena saya adalah mahasiswa dan kuliah itu hanya 5 hari kerja, jadinya saya TGIF ya. Bagi yang masih sekolah, jangan iri ya, ada waktunya kok haha. Kali ini saya mau membuat tulisan yang berkaitan dengan jurusan saya. 

Kalian pasti bakalan kaget dengan tulisan ini karena genre blog saya yang terlihat sangat personal. Namun, tujuan saya kembali aktif di dunia blog adalah tidak hanya menuangkan semua unek-unek saya dalam bentuk tulisan, tetapi saya juga ingin berbagi ilmu yang saya dapatkan kepada para pembaca. Saya tahu, walaupun banyak yang bakal tidak paham, tapi setidaknya saya bisa membantu para siswa dan mahasiswa yang sedang kebingungan dengan topik yang saya tulis. Selain itu, saya di sini pun belajar cara menyampaikan ilmu yang saya dapatkan kepada khalayak dengan sesederhana mungkin dan mudah dipahami (semoga ya, guys). 


Jadi, kemarin, saya kuliah Akuntansi Manajemen. Kaget ya kok nama mata kuliahnya gado-gado gitu? Haha. Jadi, di akuntansi manajemen, mahasiswa akuntansi diajar bagaimana cara mengolah informasi di laporan keuangan untuk disampaikan kepada manajemen untuk membantu mereka dalam proses pengambilan keputusan. Akuntan manajemen itu bukan manajer dan juga bukan babunya manajer, tapi mereka adalah partner. 

Kembali ke topik. Di kuliah tersebut, saya mendapatkan pencerahan atas kebingungan saya selama ini. Saya dari dulu selalu bingung konsep opportunity cost atau biaya kesempatan. Sejak SMP hingga sekarang, jawaban mengenai dua kata ini selalu berbeda-beda dan membuat saya bingung. 


Namun, kuliah kemarin merubah segalanya. Karena saya percaya pada textbook yang saya pakai, jadi saya menganggap bahwa kebingungan saya telah berakhir. (Hell yeah!!) Definisi mentahnya sebagai berikut:
An opportunity cost is defined as the benefit that is sacrificed when the choice of one action precludes taking an alternative course of action. (Hilton RW, 2011)
Mubeng ya? Jadi, dengan terjemahan bahasa saya sendiri, biaya kesempatan didefinisikan sebagai keuntungan yang dikorbankan sebagai akibat mengambil suatu alternatif tindakan. Masih mubeng ya? Maafkan saya. (T_T). Jadi, ketika kalian dihadapkan dua pilihan antara X dan Y dan kalian memlilih X misalkan, maka kalian telah mengorbankan keuntungan yang mungkin diperoleh dari memilih Y.

Biaya kesempatan selalu fokus dan berhubungan pada keuntungan, laba, dan istilah lain yang sama. Namanya biaya kesempatan, yang saya awalnya dulu mengira biaya yang dikorbankan karena mengambil suatu pilihan, ternyata malah menekankan pada keuntungan. Istilah dengan definisi yang bertolak belakang, kan? Membingungkan, kan? 

Contoh 1. Dathan adalah seorang bapak yang sudah beristri dan mempunyai 2 anak. Dia pun sangat dekat dengan saudara-saudara dari keluarganya maupun keluarga istrinya sehingga saudara-saudara mereka sering mengunjungi mereka. Suatu hari, dia membeli rumah karena dia telah mengontrak sangat lama dan setelah melihat-lihat, sampailah dia pada dua pilihan. Rumah A (sudah dengan harga tanah) memiliki harga Rp500.000.000,00 dan hanya bisa memuat 4 orang dilihat dari kamar tidurnya. Rumah B (sudah dengan harga tanah) memiliki harga Rp800.000.000,00 tetapi bisa memuat 8 orang. Karena dana yang dimiliki Dathan tidak terlalu banyak, jadi ia putuskan untuk membeli rumah A. Dengan demikian, biaya kesempatan Dathan adalah keuntungan rumah B, yaitu bisa memuat 8 orang sehingga saudara-saudaranya bisa sering berkunjung. 

Mudah-mudahan paham, ya guys. Contoh di atas merupakan contoh yang memiliki informasi yang jelas mengenai kedua keuntungan yang akan diperoleh dari kedua alternatif tersebut. Namun, dunia nyata tidak semudah teori. Kenyataannya, keuntungan atas suatu pilihan biasanya tidak pernah bisa diketahui dengan jelas. Sehingga, hal seperti ini dinamakan biaya kesempatan semu. 

Contoh 2. Dika adalah seorang mahasiswa semester dua. Pada awal semester dua atau liburan semester satu, dia mencoba melamar pekerjaan di sebuah supermarket. Setelah mengikuti seleksi, ia pun lolos, namun ia belum menentukan pilihannya dengan bulat. Jika ia bekerja di sana, ia akan mendapatkan gaji sebesar Rp2.000.000,00 per bulan. Namun, di sisi lain, ia telah membayar UKT semester dua sebesar Rp3.000.000,00, sehingga ia juga memikirkan untuk terus melanjutkan dan menyelesaikan studinya. 

Berdasarkan contoh di atas, biaya kesempatan tidak bisa dengan jelas ditentukan karena Dika tidak tahu berapa keuntungan yang bisa ia dapatkan jika ia melanjutkan studi. Jika ia memutuskan untuk melanjutkan studi, maka biaya kesempatannya adalah Rp2.000.000,00 per bulan atau Rp24.000.000,00 per tahun (gaji bekerja di supermarket). Tetapi, jika ia memutuskan untuk bekerja, maka biaya kesempatannya tidak dapat diketahui dengan pasti karena selama kuliah ia tidak mendapatkan uang apapun. Tetapi, setelah lulus ia pasti akan bekerja entah sebagai apa dengan pendapatan yang entah berapa. 

Solusi dari contoh nomor 2 adalah Dika harus bertanya kepada orang yang telah berpengalaman dengan kasus yang hampir sama. Dengan demikian, ia menjadi tahu dan memutuskan biaya kesempatan dari keputusan yang ia ambil dalam kasus di atas. 


Jadi, bloggers, biaya kesempatan itu sangat esensial untuk kehidupan kita. Kita harus jeli dalam menentukan biaya kesempatan dari keputusan yang kita ambil karena siapa tahu kalian bisa menjadi kaya mendadak ketika biaya kesempatan yang diambil tepat. Biaya kesempatan menurut saya sih salah satu skill kita untuk bertahan hidup di zaman sekarang ini yang penuh dengan spekulasi. Dengan mempelajari ini, kita juga melatih kedewasaan kita karena pada dasarnya biaya kesempatan adalah belajar untuk memilah mana yang baik dan mana yang buruk. :D

Demikian tulisan yang aneh ini. Semoga bloggers bisa memahaminya. Jika ada saran dan kritik, silakan komentar, saya sedang belajar menerima kritik dan mengubahnya menjadi energi yang positif. Terima kasih dan God bless you!

Daftar Pustaka:
Hilton RW. 2011. Managerial Accounting: Creating Value In A Dynamic Business Environment. Edisi ke-9. New York: Mc Graw-Hill/Irwin

Pictures sources:
  • http://comps.canstockphoto.com/can-stock-photo_csp11758925.jpg
  • http://www.dawgpoundnation.com/wp-content/uploads/2014/08/wpid-confused-face-1.jpg.jpeg
  • All memes are made by myself  through Meme Generator application on Android
Read More »

Thursday, March 12, 2015

7 Hal Menyebalkan Ketika Mengikuti Kegiatan Outdoor

Selamat pagi, bloggers. Baru 4 hari absen membuat tulisan di blog terasa seperti vakum menulis di blog selama 1 bulan. Sebenarnya, komitmen saya ketika memulai untuk menulis di blog kembali adalah saya ingin membuat satu tulisan dalam satu hari, atau paling tidak satu tulisan dalam dua hari. Tapi, ternyata perkuliahan di semester 4 ini terlalu kejam, bloggers. Mungkin karena saya terkena OCD, jadi saya dianggap terlalu menganggap perkuliahan ini sangat serius dan egois karena saya hanya fokus terhadap kuliah, belajar, mengerjakan tugas, dan duduk di depan komputer. 

Kali ini saya ingin membagi keluhan saya dan pengalaman saya dalam mengikuti beberapa kegiatan outdoor. Kegiatan outdoor di sini bukan sekadar kegiatan di luar rumah, bukan kuliah, bukan pergi ke rumah teman (please, don't be a herp!). Kegiatan outdoor di sini adalah kegiatan yang mengharuskan saya untuk membawa beberapa pakaian, peralatan pribadi, dan alat-alat yang harus dibawa untuk tinggal di suatu tempat antah-berantah selama beberapa hari. 


Mungkin karena saya seorang OCD (lagi), saya sungguh tidak nyaman dengan kegiatan seperti ini. Saya jadi tidak bisa melakukan semua hal yang menurut saya bisa saya lakukan dengan sempurna dan sesuai dengan harapan saya. Ditambah lagi, karena saya terkena SAD ringan (walaupun ringan, tetap saja sangat mengganggu), saya agak tidak tahan dan susah beradaptasi jika tidak ada teman dekat saya yang ikut kegiatan outdoor yang saya ikuti.

Saya bikin tulisan ini karena sebenarnya saya bakal pergi dari surga (baca: rumah, kamar, dan PC) selama 3 hari, Jumat sampai Minggu. Entah kenapa saya merasa aneh karena hanya di "tempat" ini, acara outdoornya selalu 3 hari, Jumat sampai Minggu. Biasanya, "tempat-tempat" lain mengadakan acara outdoor hanya selama 2 hari, Sabtu sampai Minggu.

Lalu, berikut ini, saya akan sampaikan beberapa hal yang membuat saya tidak suka acara outdoor di samping penyakit SAD saya.

1. Jumlah tas yang dibawa tidak biasa


Berdasarkan pengamatan saya, teman-teman saya (laki-laki) selalu bisa membawa rata-rata cukup satu tas ketika mereka ikut kegiatan outdoor yang tidak lama (2 hari atau 3 hari). Saya seringkali heran, bagaimana mereka bisa membawa dan memasukkan semua barang-barang yang wajib dibawa ke dalam satu tas saja. Dulu ketika saya masih kuliah di FK, saya pernah mengikuti kegiatan outdoor yaitu semacam bakti sosial. Acara hanya 2 hari, tetapi saya bisa membawa tas yang biasa digunakan untuk berpergian jauh (tas pakaian). Namun, dengan perasaan sangat heran, ada beberapa teman saya bisa membawa tas ransel ukuran sedang. Padahal, kami disuruh membawa banyak sekali peralatan mulai dari alat makan, alat mandi, jas praktikum, pakaian sopan, pakaian bebas, jaket, dsb yang menurut saya sangat besar dan tebal sehingga membutuhkan ruang yang banyak. Mungkin, selama ini, saya bisa berbeda sendiri karena saya aneh atau karena ukuran pakaian-pakaian saya yang terlalu besar. 

2. Waktu untuk kebutuhan privasi yang tidak masuk akal 


Mungkin hal ini hanya terjadi di Indonesia atau di negara-negara lain sama. Ini merupakan hal yang sangat krusial dan menyebalkan. Seringnya, waktu-waktu yang berhubungan dengan mengurus kebutuhan privasi yang sering tidak masuk akal. Misalnya, pesertanya berjumlah 30 orang, diberikan waktu selama 1 jam untuk MCK. Namun, kamar mandinya hanya ada dua, sementara mereka hanya diberikan waktu 1 jam. Padahal, acara selanjutnya menuntut para peserta untuk berpenampilan rapih dan bersih. Are you out of your mind? Sungguh aneh, seolah-olah yang mengadakan acara tidak survey tempat yang tersedia untuk MCK terlebih dahulu dan mencocokkannya dengan jumlah peserta yang diprediksi ikut. Apalagi, saya terkena OCD dan hal-hal krusial seperti ini yang membuat badan saya risih sangat-sangat mengganggu. 

3. Fasilitas privasi yang membeda-bedakan gender


Bayangkan saja ketika sedang memilih indekos untuk laki-laki, pasti harganya sangat mahal kalau ingin memiliki fasilitas yang "normal" seperti di rumah. Berbeda dengan indekos perempuan yang harganya bisa sangat wajar tetapi sudah bisa mendapatkan fasilitas yang "normal". Mungkin ketika kalian membaca poin ini, kalian pasti akan berpikir kalau saya itu lenjeh, alay, metroseksual, cemen, cupu, aneh, atau hal buruk yang lainnya. Seperti yang saya katakan di atas, saya memang aneh. Saya memang laki-laki yang aneh. Kembali ke topik! Menurut saya, kebutuhan privasi itu sangat mutlak untuk bisa terpenuhi. Konteks di sini bukan ketika kita sedang dalam kegiatan militer dan pramuka. Coba nih, bayangkan contoh ini, kamar mandi laki-laki tidak menyediakan tempat untuk menaruh pakaian yang hendak dipakai dan sudah dipakai atau bahasa Jawanya cantelan. Bagaimana kalian bisa memenuhi kegiatan privasi kalian dengan tenang? Saya bisa panik dan mood saya langsung jelek ketika mendapat kamar mandi yang bisa membuat saya panik. Contoh lain, laki-laki harus memenuhi kebutuhan privasinya di sungai, sementara perempuan disediakan kamar mandi. Dikira semua laki-laki itu sama atau bagaimana sih? Bagaimana kalau dia OCD seperti saya? 

4. Barang bawaan yang akhirnya tidak terpakai


Ini juga lumayan bikin kesal. Hal ini juga berkaitan dengan poin 1 tadi. Saya sangat kesal jika barang bawaan saya sangat banyak dan membutuhkan lebih dari 1 tas (padahal teman-teman saya bisa membawa dalam 1 tas saja). Mungkin karena acaranya terlalu padat, jadinya ada barang-barang yang tidak dipakai. Ya, walaupun saya memaklumi, tetapi saya pun menyesalkannya. Bagaimana jika barang tersebut ternyata sangat penting di rumah (karena saya tinggal di rumah), orang-orang di rumah sangat membutuhkan barang tersebut, dan saya sudah merengek-rengek untuk meminjam barang tersebut, tapi malah barangnya tidak dipakai? Saya bakal merasa bersalah. Trade-offnya pun ternyata cukup signifikan untuk orang-orang di rumah tapi saya malah tidak memakai barang tersebut. Aktivitas orang-orang di rumah mungkin terhambat dan mungkin mereka bakal marah ketika tahu kalau barang tersebut malah tidak dipakai.

5. Meminjamkan barang kemudian tidak pernah kembali


Kalian pasti akan berpikir kalau saya itu pelit. Well, you have the right to say that way. Tapi, barang yang saya bawa selalu bukan barang yang saya beli dengan uang saya sendiri dan seringkali bukan barang yang digunakan oleh saya sendiri. Contoh saja tikar (peristiwa ini terjadi saat semester 3 ketika sedang masa-masa penyambutan mahasiswa baru). Saya meminjamkan tikar, lalu tikar tersebut hilang dan tidak bisa ditelusuri asal-usul kenapa tikar saya bisa hilang. Agak tidak masuk akal karena tikar bukanlah barang yang kecil. Saya pribadi sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkan tikar yang hilang tersebut karena kami memiliki lebih dari satu tikar. Masalahnya, orang tua saya yang kebakaran jenggot. Mereka sangat perhatian dengan barang-barang kami (yaiyalah, manusia normal). Karena kasus tersebut, akhirnya saya putuskan (secara pribadi) saya tidak meminjamkan barang apapun lagi ketika saya mengikuti kegiatan outdoor. Daripada saya kena masalah, orang tua nantinya bakal mengomeli saya, ya mending saya ambil tindakan preventif ini. Tapi, kalau barang tersebut hanya terdapat satu buah dan ternyata hilang, bagaimana saya tidak kesal? 

6. Mengeluarkan uang lagi untuk membeli barang yang tidak saya punya


Hahaha ini juga sangat menyebalkan. Ketika ikut suatu acara, pasti bakal ada biaya pendaftarannya dan itu biasanya sudah sangat banyak. Saya masih menerima dan memaklumi. Kemudian, saat technical meeting, ada barang-barang yang tidak saya punyai. Di situ saya mulai kesal. Masalahnya, saya tidak suka meminjam barang kepada teman saya karena saya takut kalau saya tidak bisa mengembalikan atau barang yang saya pinjam itu tidak kembali ke teman saya seperti sebelum saya pinjam (tapi saya tidak enggan untuk meminjami barang ke teman saya asalkan teman saya dapat dipercaya). Akhirnya, saya harus beli, kan dan saya harus mengeluarkan uang lagi demi memiliki barang yang harus di bawa sehingga saya tidak bakal kena masalah. Andai saya punya pekerjaan dan pendapatan sendiri, mungkin saya tidak akan terlalu mempermasalahkan ini. Masalahnya, saya masih bergantung sama orang tua dan uang saya itu adalah uang orang tua saya. Terlebih lagi, mereka sudah pensiun dan pendapatan mereka tidak seberapa ketika mereka masih bekerja. Arrgh!

7. Jumlah barang yang harus dibawa yang tidak wajar


Saya sering sekali heran dengan hal yang satu ini. Acara hanya satu malam tapi bawaannya kaya acara enam malam. Hal ini yang sering membuat saya kesal karena saya tahu kalau saya tidak akan bisa membawa semuanya hanya dengan satu tas saja. Alhasil, teman-teman saya keheranan karena saya seperti akan mengikuti acara outdoor tujuh hari. 


Yap, saya memang aneh karena OCD saya. Saya memang sangat saklek. Terima kasih sudah membaca, bloggers. Ada pendapat atau sanggahan terhadap tulisan ini, silakan komentar dengan sopan ya. God bless you! :D


Pictures sources:


  • http://stock-image.mediafocus.com/images/previews/word-facility-on-keyboard-rs1120541259.jpg
  • http://nonsense.sourceforge.net/nonsense-logo.gif
  • http://www.supershuttle.com/Portals/11/PostedImages/packing-overstuffed-suitcase.jpg
  • All memes are made by myself with Meme Generator Free application on Android.

Read More »

Saturday, March 07, 2015

Minggu Pertama di Semester 4


Halo, bloggers. Selamat berakhir pekan! Bagaimana minggu pertama kalian di bulan Maret ini? Semoga penuh dengan keburuntungan. Minggu pertama saya di bulan Maret mungkin agak kurang menyenangkan bagi saya karena saya menemukan beberapa hal yang sangat bertolak belakang dengan sifat saya. Di sinilah sifat OCD dan Social Anxiety saya diuji dan membuat saya frustasi. Kali ini, saya mau berbagi cerita tentang apa yang saya alami selama minggu pertama di Maret ini.

Senin, 2 Maret 2015


Sayang sekali, saya tidak bisa membuat jadwal di mana hari Senin bisa meliburkan diri. First day of lecture or college in the fourth semester. Firasat saya, sih bakalan banyak hal-hal yang berbeda dari first day of college semester-semester sebelumnya. Biasanya sih, kita tidak akan galau mengenai KRS yang belum penuh atau pendaftaran praktikum yang telat. Tapi, kali ini berbeda sekali, bloggers.

Semester ini sungguh membingungkan dan rumit. Praktikum yang biasanya membuka pendaftaran saat kita masih liburan, ternyata dibuka saat sudah masuk dan sangat mepet dengan jam kuliah. Saya kuliah pertama pukul 10.15 dan saya datang ke kampus pukul 09.00 dengan harapan pendaftarannya bakal lancar bagaikan jalanan yang sepi dan bisa membantu mendaftarkan teman supaya bisa sekelompok. Tapi, ternyata saya salah.

Saat dibuka pukul 09.00, kita diharuskan mengantre sambil mengambil nomor antrian. Rasanya saat itu saya seperti sedang antre sembako di balai desa. Lalu, parahnya lagi, kuota kelompoknya tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa yang akan mendaftar, akibatnya harus membuat kelas lagi dan terpisah dengan beberapa teman. T_T

Selasa, 3 Maret 2015


Hari itu adalah hari pertama di jadwal di mana saya harus berangkat pagi, pukul 07.30. Hari ini di mana saya mulai merasa frustasi dan bingung apa yang akan saya dapatkan di semester ini.

Hari itu, kuliah pagi dengan dosen yang pintar dan komunikasinya sangat bagus. Kemampuan bahasa Inggrisnya pun bagus dan saya kagum. Namun, ketika beliau memberitahu bagaimana penilaian di kelasnya, saya mulai merasa frustasi. 

Beliau ingin para mahasiswa aktif dan bagi yang aktif akan mendapatkan nilai. Karena OCD, saya mulai berpikir, saya pasti bisa melakukannya dan tidak peduli dengan jawaban saya entah benar atau salah yang penting aktif. Tapi, eh tapi, karena OCD juga, saat mau menjawab, saya selalu enggan untuk mengangkat tangan saya karena saya terlalu takut kalau jawaban saya salah dan berpikir kalau salah, pasti ada orang yang ngomongin saya. 

Saat itu, saya mulai galau dan frustasi karena saya OCD dan juga terkena social anxiety. Saya tidak biasa berbicara di depan umum karena ketika saya melakukannya, saya merasa sangat berdebar-debar. Rasanya sangat tidak enak dan bisa menjurus ke panik. Dan saya bingung sampai tulisan ini di buat. 

Rabu, 4 Maret 2015


Akhirnya, setelah semester kemarin saya tidak bisa mendapatkan libur, semester ini saya bisa mendapatkan libur di hari Rabu. Beginilah keuntungan SKS, yaitu bisa membuat jadwal sendiri (dear anak SMA, beginilah kuliah :v)

Rabu kemarin, saya memutuskan untuk tetap di rumah. Haha. Rumah adalah tempat terbaik bagi saya karena saya tidak pernah merasa bosan di rumah. Semuanya itu berkat internet dan PC (thank God!). Hari itu saya menghabiskan Rabu dengan surf YouTube, melihat beberapa video yang kebanyakan adalah family vlogs; juga browse template blog yang pas yang ujung-ujungnya pakai template bawaan (such pathetic). 

Kamis, 5 Maret 2015


Akhirnya, tiba juga Kamis, hari di mana saya kuliah mata kuliah favorit saya. Favorit bukan karena saya bisa menguasainya dengan mudah, tapi karena mata kuliah inilah yang membuat saya selalu semangat untuk melanjutkan kuliah terlepas dari sifat dosen yang berbeda-beda.

Di kuliah makul favorit saya ini, saya senang karena saya akhirnya bisa merasakan kuliah dengan jumlah mahasiswa kurang dari 30 orang. Rasanya seperti rasa lega ketika hidung kita mampet. Biasanya satu kelas itu berisi lebih dari 50 orang. 

Dosennya pun menyenangkan. Beliau lebih banyak cerita namun cerita hal-hal yang membuat saya sangat penasaran, yaitu investasi. Beliau cerita pengalamannya berinvestasi yang menurut beliau bisa menimbulkan keuntungan yang besar. Beliau sebagian cerita mengenai investasi tanah dan rumah. Awalnya, saya tidak tertarik dengan hal seperti itu karena hal tersebut sifatnya gambling. Namun, setelah mendengarkan cerita beliau, saya jadi sangat tertarik. Investasi rumah dan tanah itu tidak biasa karena harganya yang menurut beliau selalu naik. Beliau pernah berinvestasi dengan membeli tanah Rp4 juta entah kapan, kemudian ia jual dengan harga Rp270 juta entah kapan. Mungkin, untuk memotivasi kami, beliau tidak menceritakan kapan karena saya yakin untuk mendapatkan harga demikian butuh waktu yang lama. 


Hari Kamis merupakan hari yang spesial rupanya karena dua makul memiliki cerita yang unik. Makul kedua ini, saya mendapatkan kejutan. Makul inilah pertama kalinya saya mendapat tugas kelompok di semester 4 ini. 

Tugas kelompok sebenarnya merupakan hal yang tidak saya sukai jika dan hanya jika orang-orang di kelompok tersebut terima jadi tok. Saya sungguh tidak suka ketika hanya saya yang bekerja atau beberapa orang yang bekerja tapi ada yang sama sekali tidak bekerja. Hambatan lain adalah ketika kamu tahu kamu bisa melakukannya, tapi karena ini tugas kelompok dan kamu melimpahkan pekerjaan itu kepada temanmu supaya bekerja, namun hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan yang kamu harapkan. Di situlah muncul serba salah, pengen bilangin teman kita ya salah, diam ya nyesek juga, akhirnya dikerjakan ulang sendiri. Mungkin inilah orang OCD. 

Jumat, 6 Maret 2015


Jumat adalah hari kedua di mana saya punya kuliah pagi. Kali ini, kuliah dimulai pukul 07.00. Sehari sebelumnya, saya stress memikirkan bagaimana cara saya supaya bisa bangun lebih pagi dari biasanya (biasanya saya bangun 06.00). Pagi harinya, saya sebenarnya sudah bangun pukul 05.00 berkat alarm HP saya. Namun, karena efek liburan yang masih kuat, jadinya saya tidur lagi. Kemudian, saya terbangun pukul 06.20 dan saya panik.

Untungnya, saya bisa datang di kampus pukul 06.50 dan melakukan presensi fingerprint. Saya kuliah dengan dosen yang komunikatif lagi dan membuat suasana kelas tidak menjadi membosankan. Beliau ternyata orang yang sangat tepat waktu dan saya sangat kagum. Andai saja, orang-orang seperti beliau, saya tidak menjadi kesal dengan hidup saya di negara ini. Hal ini ada kaitannya dengan time management yang sangat penting di kehidupan kuliah.


Hari Sabtu tidak saya masukkan di sini karena hari Sabtu belum selesai dan saya tidak kuliah di hari Sabtu. Haha. Inti dari minggu pertama kuliah di semester 4 ini adalah saya frustasi. Bagaimana minggu pertama kuliahmu atau kerjamu? Please, don't be afraid to share yours here in the comments!


Source for pictures: 

  • http://thumb1.shutterstock.com/display_pic_with_logo/11994/238790770/stock-vector-university-word-business-collage-vector-background-238790770.jpg
  • http://thepinningmama.com/printablesschool/firstdayofschoolsignscollege.jpg
  • http://i.ytimg.com/vi/qRRemYuSwII/hqdefault.jpg
  • http://media.salemwebnetwork.com/ecards/wacky_holidays/lazyday.jpg
  • http://cdn2.blog-media.zillowstatic.com/1/iStock_000019551430XSmall-4d4312.jpg
  • http://cdn2.blog-media.zillowstatic.com/1/iStock_000019551430XSmall-4d4312.jpg
  • http://www.quickmeme.com/img/98/984f8f7e57f1c2d48ee88f22731d764e2a0e595785d60247264caedb2a9e09db.jpg
  • https://nemohs.files.wordpress.com/2014/01/depositphotos_13559127-always-on-time-punctual-reliability-clock.jpg
Read More »

Thursday, March 05, 2015

4 Hal Menyebalkan di DotA 2


Halo, bloggers. Bagaimana harimu? Semoga baik-baik saja dan menyenangkan. Ada yang tahu DotA 2? Kalau tidak tahu, kalian pasti tidak berevolusi (hehe). DotA 2 adalah sebuah permainan atau saya akan sebut di sini game karena lebih enak didengar, yang berjenis MOBA (Multiplayer Online Battle Arena) yang merupakan stand-alone sequel dari Defense of the Ancients (DotA) Warcraft III: Reign of Chaos dan Warcraft III: The Frozen Throne mod. DotA 2 sangat populer sejak masa beta dari game ini. 

Saya tidak akan membahsa detail mengenai game ini karena kalian bisa menggali lebih dalam melalui Google atau tanya kepada teman-teman Anda yang terlihat kecanduan game (haha). Saya, sebagai orang yang suka memainkan game ini, ingin berbagi pengalaman kepada kalian. Saya ingin berbagi mengenai tipe-tipe pemain DotA 2 yang pernah saya temui sejak match pertama saya. Sekali lagi, ini murni dari pengalaman saya. Saya bukan pemain DotA 2  yang sangat pro dan GG dan pendapat saya ini hampir semuanya saya peroleh dari YouTube. 

Berikut adalah tipe-tipe pemain DotA 2 yang pernah saya temui:

1. First pick, ambil Sniper, dan ambil middle lane


FYI saja nih, Sniper adalah salah satu hero favorit saya. Tapi, kalau ada orang yang bertipe seperti ini ambil hero ini, saya bisa sangat kesal sampai saya trash talk sendiri di rumah. Faktanya adalah, orang-orang yang bertipe seperti ini hanya ingin enaknya saja. Sniper memang salah satu hero yang sangat friendly untuk newbie, tapi hero ini perlu positioning skill yang tinggi. Ditambah lagi, hero ini sangat rapuh dan tidak punya mekanisme melarikan diri yang memadai. 

Orang tipe seperti ini akan tidak peduli dengan hero yang akan diambil oleh musuh dan ini bisa sangat menyusahkan teman-temannya. Lalu, dia ambil middle lane, lane yang paling bergengsi. Namun, ia tidak mengerti bagaimana cara bermain di middle lane, kemudian dia sering mati. Padahal, hero ini termasuk hard carry yang bagus. Kemudian, dia bakal disalahkan oleh teman-temannya, dan yang paling mengesalkan adalah trash talk. Jangan seperti ini, ya, para pemain DotA 2 yang budiman.

2. Last pick malah ambil hero core padahal empat temannya sudah ambil hero core


Mungkin istilah di atas agak asing di telinga kalian. FYI, core heroes adalah hero yang mempunyai hak untuk memanfaatkan semua sumber daya di map dengan maksimal (aka farm haha). Pada umumnya core heroes adalah hero carry, semi carry. tanker, dan jungler. Lalu, kebalikan dari core heroes adalah support heroes. Posisi ini biasanya diisi oleh nuker, ganker, dan roamer; biasanya hero intelligence mengisi posisi ini. 

Bayangkan, kalau lima hero dalam satu tim adalah core heroes? Apa bisa semuanya bisa menggunakan semua sumber daya yang tersedia di map dengan maksimal? Menurut saya, tidak. Hal ini akan membuat pemain lain kebingungan dalam hati mereka dan akan berebut lahan untuk menggali sumber daya tersebut. Misalkan, kalau lima orang adalah carry, bagaimana caranya membagi sumber daya tersebut padahal hero carry biasanya sangat lemah kalau tidak punya core and big items

Tolong banget, kalau empat orang sudah ambil core heroes, coba mengalahlah, bro. Ambil support heroes dan belajar. Hero support itu tidak kalah menyenangkan, mengajarkan kita untuk sabar, dan bisa belajar sedikit mengenai investasi. Tolong pikir sendiri, ya, maksud saya dengan investasi. Haha.

3. Sangat bernafsu mencari kill, tapi ketika mati selalu menyalahkan teman-temannya


Maksud dari pemain seperti ini adalah baik sebenarnya. Cuma yang saya sesalkan adalah ketika mereka menyalahkan teman-temannya ketika mereka mati karena nafsu mereka. DotA 2 adalah permainan tim, bukan permainan individu. Lima orang harus bekerja satu sama lain sedemikian rupa sehingga mereka bisa menghancurkan ancient lawan. 

Strategi ganking merupakan strategi yang sangat bagus untuk memperlambat carry lawan untuk farm atau membuat lawan memiliki level lebih rendah daripada kita. Namun, ketika gank, kita harus selalu melihat situasi dan kondisi map, apakah semua hero tidak terlihat di map atau terlihat. Kalau tidak, hendaknya turunkan nafsu kalian untuk gank sebisa mungkin karena siapa tahu mereka mempunyai strategi untuk menjebak para ganker. 

Kalau, misalkan, nafsu kalian tidak tertahankan dan ingin membunuh lawan, berarti kalian sudah terima risiko kalau kalian bakal mati tanpa dibantu oleh teman-teman kalian. Maka dari itu, saya sangat kesal dengan mereka yang bertipe seperti ini. 

4. Bicara dengan bahasa negara masing-masing


Sebenarnya, saya sering seperti ini jika dan hanya jika saya bermain dengan teman sendiri. Namun, saya tetap berusaha menggunakan bahasa Inggris untuk berbicara dengan pemain lain dari negara lain.

Ketika tidak paham akan bahasa yang digunakan oleh pemain lain, komunikasi dalam suatu tim akan terganggu. Kalau komunikasi terganggu, permainan tim bisa menjadi kacau dan memungkinkan kita untuk kalah. Terlebih lagi, saya sudah membalas dengan bahasa Inggris, namun mereka tetap membalasnya dengan bahasa mereka sendiri. 

Lebih parah lagi, kalau mereka mengungkapkannya melalui mic, bukan melalui chat. Sudah keras, bahasanya tidak bisa dimengerti, tidak bisa menggunakan bahasa Inggris, oh, saya tidak tahu harus bagaimana lagi. Terlebih lagi, saya sebenarnya tidak terlalu suka mute orang lain karena hal tersebut menghambat komunikasi yang bisa jadi bisa memenangkan war


Saya berharap bisa lebih banyak dari ini, tapi ternyata hanya ada 4 hal yang bisa saya ingat dan temukans selama bermain DotA 2. Ingat, saya bukan pemain DotA 2 yang tahu segalanya tentang DotA 2 kemudian bisa bermain dengan sangat pro dan GG. Pendapat saya di atas merupakan hal kecil dari DotA 2. Oya, gaya bermain saya terlanjut mengikuti gaya Western, yang bermain nonagresif karena pengaruh YouTube.

Terima kasih. God bless You!!


Sumber:
  • http://en.wikipedia.org/wiki/Dota_2
  • http://www.quickmeme.com/img/f0/f0bf222ded0798436654937368c2b2fd078cf0dd7801bf144b9f96d24775a596.jpg
  • http://thoughtware.com/wp-content/uploads/2013/12/blame1.jpg
  • http://fc08.deviantart.net/fs71/f/2012/226/1/a/carry_on_wip_by_vnbenedicto-d5awojj.jpg
  • http://th03.deviantart.net/fs70/PRE/i/2013/320/6/5/sniper__dota_2_by_speedart1982-d6ujtv8.jpg
  • https://digitallovechild.files.wordpress.com/2013/12/dota-2-logo.jpg


Read More »

Most Commented

Add this widget

Most Read

Just Comment