Thursday, March 12, 2015

7 Hal Menyebalkan Ketika Mengikuti Kegiatan Outdoor

Selamat pagi, bloggers. Baru 4 hari absen membuat tulisan di blog terasa seperti vakum menulis di blog selama 1 bulan. Sebenarnya, komitmen saya ketika memulai untuk menulis di blog kembali adalah saya ingin membuat satu tulisan dalam satu hari, atau paling tidak satu tulisan dalam dua hari. Tapi, ternyata perkuliahan di semester 4 ini terlalu kejam, bloggers. Mungkin karena saya terkena OCD, jadi saya dianggap terlalu menganggap perkuliahan ini sangat serius dan egois karena saya hanya fokus terhadap kuliah, belajar, mengerjakan tugas, dan duduk di depan komputer. 

Kali ini saya ingin membagi keluhan saya dan pengalaman saya dalam mengikuti beberapa kegiatan outdoor. Kegiatan outdoor di sini bukan sekadar kegiatan di luar rumah, bukan kuliah, bukan pergi ke rumah teman (please, don't be a herp!). Kegiatan outdoor di sini adalah kegiatan yang mengharuskan saya untuk membawa beberapa pakaian, peralatan pribadi, dan alat-alat yang harus dibawa untuk tinggal di suatu tempat antah-berantah selama beberapa hari. 


Mungkin karena saya seorang OCD (lagi), saya sungguh tidak nyaman dengan kegiatan seperti ini. Saya jadi tidak bisa melakukan semua hal yang menurut saya bisa saya lakukan dengan sempurna dan sesuai dengan harapan saya. Ditambah lagi, karena saya terkena SAD ringan (walaupun ringan, tetap saja sangat mengganggu), saya agak tidak tahan dan susah beradaptasi jika tidak ada teman dekat saya yang ikut kegiatan outdoor yang saya ikuti.

Saya bikin tulisan ini karena sebenarnya saya bakal pergi dari surga (baca: rumah, kamar, dan PC) selama 3 hari, Jumat sampai Minggu. Entah kenapa saya merasa aneh karena hanya di "tempat" ini, acara outdoornya selalu 3 hari, Jumat sampai Minggu. Biasanya, "tempat-tempat" lain mengadakan acara outdoor hanya selama 2 hari, Sabtu sampai Minggu.

Lalu, berikut ini, saya akan sampaikan beberapa hal yang membuat saya tidak suka acara outdoor di samping penyakit SAD saya.

1. Jumlah tas yang dibawa tidak biasa


Berdasarkan pengamatan saya, teman-teman saya (laki-laki) selalu bisa membawa rata-rata cukup satu tas ketika mereka ikut kegiatan outdoor yang tidak lama (2 hari atau 3 hari). Saya seringkali heran, bagaimana mereka bisa membawa dan memasukkan semua barang-barang yang wajib dibawa ke dalam satu tas saja. Dulu ketika saya masih kuliah di FK, saya pernah mengikuti kegiatan outdoor yaitu semacam bakti sosial. Acara hanya 2 hari, tetapi saya bisa membawa tas yang biasa digunakan untuk berpergian jauh (tas pakaian). Namun, dengan perasaan sangat heran, ada beberapa teman saya bisa membawa tas ransel ukuran sedang. Padahal, kami disuruh membawa banyak sekali peralatan mulai dari alat makan, alat mandi, jas praktikum, pakaian sopan, pakaian bebas, jaket, dsb yang menurut saya sangat besar dan tebal sehingga membutuhkan ruang yang banyak. Mungkin, selama ini, saya bisa berbeda sendiri karena saya aneh atau karena ukuran pakaian-pakaian saya yang terlalu besar. 

2. Waktu untuk kebutuhan privasi yang tidak masuk akal 


Mungkin hal ini hanya terjadi di Indonesia atau di negara-negara lain sama. Ini merupakan hal yang sangat krusial dan menyebalkan. Seringnya, waktu-waktu yang berhubungan dengan mengurus kebutuhan privasi yang sering tidak masuk akal. Misalnya, pesertanya berjumlah 30 orang, diberikan waktu selama 1 jam untuk MCK. Namun, kamar mandinya hanya ada dua, sementara mereka hanya diberikan waktu 1 jam. Padahal, acara selanjutnya menuntut para peserta untuk berpenampilan rapih dan bersih. Are you out of your mind? Sungguh aneh, seolah-olah yang mengadakan acara tidak survey tempat yang tersedia untuk MCK terlebih dahulu dan mencocokkannya dengan jumlah peserta yang diprediksi ikut. Apalagi, saya terkena OCD dan hal-hal krusial seperti ini yang membuat badan saya risih sangat-sangat mengganggu. 

3. Fasilitas privasi yang membeda-bedakan gender


Bayangkan saja ketika sedang memilih indekos untuk laki-laki, pasti harganya sangat mahal kalau ingin memiliki fasilitas yang "normal" seperti di rumah. Berbeda dengan indekos perempuan yang harganya bisa sangat wajar tetapi sudah bisa mendapatkan fasilitas yang "normal". Mungkin ketika kalian membaca poin ini, kalian pasti akan berpikir kalau saya itu lenjeh, alay, metroseksual, cemen, cupu, aneh, atau hal buruk yang lainnya. Seperti yang saya katakan di atas, saya memang aneh. Saya memang laki-laki yang aneh. Kembali ke topik! Menurut saya, kebutuhan privasi itu sangat mutlak untuk bisa terpenuhi. Konteks di sini bukan ketika kita sedang dalam kegiatan militer dan pramuka. Coba nih, bayangkan contoh ini, kamar mandi laki-laki tidak menyediakan tempat untuk menaruh pakaian yang hendak dipakai dan sudah dipakai atau bahasa Jawanya cantelan. Bagaimana kalian bisa memenuhi kegiatan privasi kalian dengan tenang? Saya bisa panik dan mood saya langsung jelek ketika mendapat kamar mandi yang bisa membuat saya panik. Contoh lain, laki-laki harus memenuhi kebutuhan privasinya di sungai, sementara perempuan disediakan kamar mandi. Dikira semua laki-laki itu sama atau bagaimana sih? Bagaimana kalau dia OCD seperti saya? 

4. Barang bawaan yang akhirnya tidak terpakai


Ini juga lumayan bikin kesal. Hal ini juga berkaitan dengan poin 1 tadi. Saya sangat kesal jika barang bawaan saya sangat banyak dan membutuhkan lebih dari 1 tas (padahal teman-teman saya bisa membawa dalam 1 tas saja). Mungkin karena acaranya terlalu padat, jadinya ada barang-barang yang tidak dipakai. Ya, walaupun saya memaklumi, tetapi saya pun menyesalkannya. Bagaimana jika barang tersebut ternyata sangat penting di rumah (karena saya tinggal di rumah), orang-orang di rumah sangat membutuhkan barang tersebut, dan saya sudah merengek-rengek untuk meminjam barang tersebut, tapi malah barangnya tidak dipakai? Saya bakal merasa bersalah. Trade-offnya pun ternyata cukup signifikan untuk orang-orang di rumah tapi saya malah tidak memakai barang tersebut. Aktivitas orang-orang di rumah mungkin terhambat dan mungkin mereka bakal marah ketika tahu kalau barang tersebut malah tidak dipakai.

5. Meminjamkan barang kemudian tidak pernah kembali


Kalian pasti akan berpikir kalau saya itu pelit. Well, you have the right to say that way. Tapi, barang yang saya bawa selalu bukan barang yang saya beli dengan uang saya sendiri dan seringkali bukan barang yang digunakan oleh saya sendiri. Contoh saja tikar (peristiwa ini terjadi saat semester 3 ketika sedang masa-masa penyambutan mahasiswa baru). Saya meminjamkan tikar, lalu tikar tersebut hilang dan tidak bisa ditelusuri asal-usul kenapa tikar saya bisa hilang. Agak tidak masuk akal karena tikar bukanlah barang yang kecil. Saya pribadi sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkan tikar yang hilang tersebut karena kami memiliki lebih dari satu tikar. Masalahnya, orang tua saya yang kebakaran jenggot. Mereka sangat perhatian dengan barang-barang kami (yaiyalah, manusia normal). Karena kasus tersebut, akhirnya saya putuskan (secara pribadi) saya tidak meminjamkan barang apapun lagi ketika saya mengikuti kegiatan outdoor. Daripada saya kena masalah, orang tua nantinya bakal mengomeli saya, ya mending saya ambil tindakan preventif ini. Tapi, kalau barang tersebut hanya terdapat satu buah dan ternyata hilang, bagaimana saya tidak kesal? 

6. Mengeluarkan uang lagi untuk membeli barang yang tidak saya punya


Hahaha ini juga sangat menyebalkan. Ketika ikut suatu acara, pasti bakal ada biaya pendaftarannya dan itu biasanya sudah sangat banyak. Saya masih menerima dan memaklumi. Kemudian, saat technical meeting, ada barang-barang yang tidak saya punyai. Di situ saya mulai kesal. Masalahnya, saya tidak suka meminjam barang kepada teman saya karena saya takut kalau saya tidak bisa mengembalikan atau barang yang saya pinjam itu tidak kembali ke teman saya seperti sebelum saya pinjam (tapi saya tidak enggan untuk meminjami barang ke teman saya asalkan teman saya dapat dipercaya). Akhirnya, saya harus beli, kan dan saya harus mengeluarkan uang lagi demi memiliki barang yang harus di bawa sehingga saya tidak bakal kena masalah. Andai saya punya pekerjaan dan pendapatan sendiri, mungkin saya tidak akan terlalu mempermasalahkan ini. Masalahnya, saya masih bergantung sama orang tua dan uang saya itu adalah uang orang tua saya. Terlebih lagi, mereka sudah pensiun dan pendapatan mereka tidak seberapa ketika mereka masih bekerja. Arrgh!

7. Jumlah barang yang harus dibawa yang tidak wajar


Saya sering sekali heran dengan hal yang satu ini. Acara hanya satu malam tapi bawaannya kaya acara enam malam. Hal ini yang sering membuat saya kesal karena saya tahu kalau saya tidak akan bisa membawa semuanya hanya dengan satu tas saja. Alhasil, teman-teman saya keheranan karena saya seperti akan mengikuti acara outdoor tujuh hari. 


Yap, saya memang aneh karena OCD saya. Saya memang sangat saklek. Terima kasih sudah membaca, bloggers. Ada pendapat atau sanggahan terhadap tulisan ini, silakan komentar dengan sopan ya. God bless you! :D


Pictures sources:


  • http://stock-image.mediafocus.com/images/previews/word-facility-on-keyboard-rs1120541259.jpg
  • http://nonsense.sourceforge.net/nonsense-logo.gif
  • http://www.supershuttle.com/Portals/11/PostedImages/packing-overstuffed-suitcase.jpg
  • All memes are made by myself with Meme Generator Free application on Android.

11 comments:

  1. Untuk poin 1 dan 7, bersyukurlah karena kamu cowok. Hahaha. Cewek lebih ribet dan lebih banyak lagi barang bawaannya kalo ada kegiatan outdoor, apalagi yang muslim---for instance: mukena, jilbab (meskipun saya nggak berjilbab sih). Belum lagi kalau lagi "dapet", jumlah pakaian ganti jadi berlipat ganda. :D

    Nah, poin 5-lah yang paling sering terjadi. Setiap ada kegiatan outdoor, pasti ujung-ujungnya kaos kaki hilang, alat tulis raib, scarf entah ke mana, dan lain-lainnya... Belakangan saya jadi anti minjem-minjemin barang ke orang. Wkwkwk.

    Btw, yang kamu maksud ini "ocassion" apa "occasion"? Saya nangkepnya maksud kamu kok "occasion" ya... *correct me if I'm wrong*

    Nice blog, anyway. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tapi mereka masih bisa dimaklumi mbak. Kalau cowok yang ribet2 kaya saya mah hampir gak mungkin dimaklumi.

      Haha. Sama mbak. Ngeselin banget. :(

      Kayanya bener kata mbak. Typo :(.

      Thanks, mbak! (y)

      Delete
  2. Hahaha yang paling buat jengkel itu poin ke 4 sama 5. Udah bawa barang banyak eh ujung2nya pada ga kepake apalagi udah bawa berat2 dipinjam dan gak kembali itu rasanya sakit pake banget wkwkwkw.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mas. Malesnya kaya gitu. Dan saya sering tidak berdaya :(

      Delete
  3. No 4 paling sering nih. Apalagi kalau bawa buku bacaan banyak, pasti ada aja yang gak kebaca. Baju juga sama, sudah dikalkulasikan biar pas, eh nyatanya ada yang gak kepakai. Aneh memang hahaha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wew. Kemana bro kok bawa buku banyak? Nah iya itu nyebelin haha.

      Delete
  4. Hahahaha true story banget dah. Gue paling kesel sama yang poin 4. Asli itu berasa pengen dibuang aja barangnya tap sayang. :( Anyho, salam kenal ya. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak, serba salah rasanya. Salam kenal juga, mbak. :D

      Delete
  5. Dulu saya juga gitu kok bang :D
    Tapi sekarang untuk jalan 4 hari cukup bawa dailybag aja. Isi baju untuk 2 hari dan air minum, sama snack untuk jaga-jaga kalau kelaparan aja.

    Kalo ada acara-acara gitu saya pakai satu prinsip. " Bawa buat sehari, Untuk lusa pikirin besok" Jadi mikirnya cuman sehari ke depan aja, jangan kejauhan. Hehe. Dan itu berhasil menurut saya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ntar itu kegiatan outdoor sendiri ya kaya travelling gitu ya? :o

      Di situ saya gak paham mas. Terus lusanya gimana kan posisinya udah bukan di rumah @_@.

      Delete
  6. setiap pilihan emang udah ada resiko nya bro

    ReplyDelete

Please use polite words only. Good comments are very useful for me and this blog. It really supports me and this blog. As well, I will try as my best as possible to visit your blog and leave good comments there. Thanks for commenting.

Most Commented

Add this widget

Most Read

Just Comment